Jadi Fotografer, Siapa Tahu?

image

Pada dasarnya  mencoba sesuatu untuk mencari peruntungan gak ada yang larang. Karena tekad yang bulat pun kalau sumber semangatnya kendor, siapa yang harus kasih dorongan? Jadi bagaimana awalnya anda memilih untuk jadi fotografer, pasti tidak ada yang bisa menjanjikan akan seperti apa hasilnya nanti anda dapatkan.

Berapa banyak fotografer yang akhirnya jadi sukses? Berapa sukses anda jadi fotografer, sekarang? Karena apa kesuksesan mereka bergantung? Karena apa kegagalan anda disebabkan? Beribu dugaan kenapa orang lain sukses, berjuta alasan kenapa anda gagal. Lebih banyak alasan dibanding dugaan untuk menghindar tuduhan kenapa anda gagal. Betapa mudahnya beralasan orang lain sukses karena punya alat mahal, betapa sulitnya mengatakan diri sendiri gak niat belajar.

Kalau yang pasti adalah ketidak-pastian artinya untuk bisa berhasil anda bergantung pada lingkungan. Kalau yakin hasilnya tergantung niat, semangat  dan kemauan sendiri, gak perlu ada orang yang disalahkan. Pada dasarnya gak ada yang bisa memaksa sejauh mana niat anda diawal, ke mana niat anda tujukan kesanalah sukses tidaknya akan hasil yang diinginkan.

image

Banyak yang awalnya karena ikut-ikutan, banyak yang awalnya karena ingin kelihatan….(“…”) Ada yang ingin karena ada kesempatan, ada juga yang karena ada lowongan. Tergiur karena keglamouran, terkesan karena penampilan. Terbayang besarnya pendapatan, terkesan prestisnya lingkungan pekerjaan.

Banyak sebab kenapa orang tertarik jadi fotografer karena sebatas penglihatan. Gak siap menjalani proses meniti jalan dan menghadapi tantangan. Betapa keren lihat mereka mengusung kamera dan peralatan, padahal bukan itu janji kesuksesan. Didepan VIEW FINDER  gak ada batasan sampai dimana bisa anda sediakan, tiga inchi dibelakang itulah yang harus anda pikirkan. Karena alat cuma soal uang yang harus di investasikan, isi kepala inilah yang harus disiapkan.

image

Kalau hanya banyaknya jepretan jadi patokan jam terbang yang sudah anda jalankan, gak heran setiap jepretan gak pernah membawa perbaikan. Evaluasi setiap kesempatan yang anda dapatkan, cari referensi apa hasil orang lakukan. Pelajari kenapa orang bisa lebih punya keahlian, jangan alat lagi yang jadi alasan. Alat itu cuma tuntutan pemahaman, jadi kalau belum punya pengetahuan artinya cuma keinginan. Jangan anggap alat lebih mahal bikin mudah cara menghasilkan, pemahamanlah yang bikin kemampuan alat jadi dioptimalkan. Seiring pemahaman maka tuntutan alat akan berjalan, eksploitir setiap kecanggihan alat dengan tantangan. Sampai berapa banyak kebutuhan dimana anda selalu perlukan dan kemampuan alat jadi rintangan, disitu baru bicara kecanggihan jadi tuntutan. Asal ingat setiap uang yang anda habiskan, harus sesuai dengan hasil yang anda tunjukan. Kalau sekedar pujian foto bagus anda sudah terpuaskan, berapa banyak orang mau bayar anda untuk suatu pekerjaan? Jangan-jangan yang dipuji itu peralatan, sementara yang memuji dasarnya belum punya alat yang sepadan.

Yuk mulai jujur sampai dimana orang mengakui setiap jepretan yang anda banggakan. Bukan karena foto seksi, foto berani, model berbikini, foto diluar negri, pake background mobil super sporty, meski bayar sesi yang penting gengsi. Justru orang yang harus bayar anda punya karya dan ekspresi seni, bukan sebaliknya beli foto sesi apalagi ditambah investasi. Kapan giliran anda dibayar untuk menjadi semakin ahli? Kalau jadinya cuma buang-buang duit, sampai kapan mau bertahan jadi fotografer sebagai profesi? Kalau akhirnya frustasi lalu bilang kan cuma hobby.

image

Mulailah membuka diri, terbuka pada setiap opini. Bukalah batasan visi, terhadap upaya orang berkreasi. Berani mengkritisasi untuk menguji kemampuan diri. Siap berkomentar, siap pula dikomentari. Imbangi apa yang keluar harus juga berisi, supaya orang yakin dapat memperbaiki setiap kekurangan agar tidak diulangi. Jangan cuma pake perasaan dan idealisme diri, anggap saja dikritisasi untuk menguji kualitas sendiri.

About avatarfotografi


Leave a comment